Monday, August 29, 2005

Tentang Sholat

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Buat renungan kita semua, agar kita lebih rajin
dlm mengerjakan kewajiban kita..

Mungkin berulang kali kita mendengar bhw shalat
wajib adalah merupakan kewajiban bagi semua umat
muslim utk di tunaikan. Kelak di akhirat yang di
tanyakan pertama kali adalah bagaimana Shalat kita?
Utk itu di bawah ini sebuah renungan utk di ketahui
bukan utk di takuti, karena pada dasarnya Shalat
adalah merupakan media komunikasi kita kpd Allah
utk ketenangan jiwa & raga kita sehingga kita
ikhlas melaksanakan kewajiban Shalat semata-mata
hanya krn Allah.

Siksaan Bagi Yang Meninggalkan Shalat:

* Yang meninggalkan shalat SUBUH:
Wajahnya tdk akan ada NUR.
* Yang meninggalkan shalat DHUHUR:
Rezekinya tdk akan ada Barokah.
* Yang meninggalkan shalat ASHAR:
Jasmaninya tdk akan ada Kekuatan.
* Yang meninggalkan shalat MAGHRIB:
Putra putrinya akan merongrong &
menyiksanya dari hasil pendidikan &
pemeliharaannya.
* Yang meninggalkan shalat ISYA:
Tidurnya akan selalu tersiksa,
hidup & mimpinya akan penuh kegelisahan
& jauh dari rasa ketenangan.

Sabda Nabi Muhammad SAW:

Barang siapa meninggalkan shalat wajib, maka Allah
akan menyiksanya dengan 15 siksaan: 6 siksaan di
dunia, 3 siksaan di waktu mau mati, 3 siksaan ketika
dlm kubur, & 3 siksaan ketika bangkit dari kuburan
di hari kiamat.

6 Siksaan Kala Di Dunia:

* Di cabut & tdk akan di beri barokah dari amal
kebaikan-kebaikannya
* Doa-doanya akan di tolak & tdk akan sampai
ke langit
* Di hapuskan & di coret tanda orang saleh dari
wajahnya
* Di tolak & tdk akan di hormati oleh segala
makhluk di dunia
* Segala balasan yg jahat dari Allah tdk akan
di tunda
* Tiada akan dapat bagian dari cipratan dari
doa-doa para As-Shalihin

3 Macam Siksaan Ketika Di Cabut Nyawanya:

* Matinya tdk terhormat (Su-ulkhatimah)
* Matinya merasa ketakutan
* Matinya kehausan walau di tuangkan air tawar laksana lautan

3 Macam Siksaan Di Dalam Kubur:

* Disempitkan dan dihimpitkan kuburannya hingga
hancur lebur tubuhnya
* Dinyalakan api neraka selalu di dalam kuburnya
* Disediakan seekor ular yg besar dahsyat menakutkan
menyiksa & memukulnya sampai hari kiamat & setiap
pukulan ular itu, dia akan tenggelam ke dalam
kuburannya 70 X panjang lengannya

3 Macam Siksaan Ketika Bangkit Dari Kubur (Hari Kiamat):

* Allah akan menyiksanya dgn di tariknya nanti
ke Neraka Jahannam dgn rantai dari api.
* Allah akan memandangnya dgn pandangan murka
di hari kiamat
* Allah akan memperhitungkan dgn hitungan yg
rugi di hari kiamat & Allah akan memasukkannya
ke neraka sebagai hitungan terakhir yg amat
merugikan untuknya.

Naudzubillaahi mindzalik summa naudzubilah

"Sebarkanlah ajaranku walau satu ayat pun"
(Sabda Rasulullah SAW)

"Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu
dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya
ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(Surah Al-Ahzab:71) Wasalam

Mitos Seputar Ukuran Penis



Alat kelamin pria atau penis, selain sebagai lambang
keperkasaan juga sering bikin para pria kurang percaya
diri karena berbagai mitos yang beredar.
Nah, biar nggak salah info dan supaya lebih banyak
tahu berbagai info seputar alat kelamin pria. Baca dulu
artikel ini.

Mitos 1: Merasa Penisnya Kecil
Para pria seringkali tak hanya mengharapkan penisnya
berfungsi dengan baik, tapi juga berharap ukuran alat
kelaminnya itu cukup besar dibanding teman-temannya.
Alat kelamin yang lebih besar membuat pria lebih
percaya diri, terutama ketika harus menjalankan salah
satu fungsinya, berhubungan seksual.

Sayangnya, para pria kerap membandingkan ukuran penisnya
ketika berganti baju bersama teman-teman di gym atau
membandingkan dengan aktor film porno.
Cara melihat seperti itu membuat penis terlihat lebih
kecil. Jika ingin melihat ukuran penis yang sebenarnya,
berdirilah di depan kaca dan kemungkinan penis akan
terlihat lebih besar ketimbang pada saat melihat penis
teman di ruang ganti. Tentang aktor film porno, jangan
menjadikan mereka acuan. Aktor film porno bisa dikatakan
memiliki ukuran penis di luar rata-rata. Ukuran
semacam itu hanya dimiliki oleh sedikit sekali pria.

Mitos 2: Wanita Menyukai Penis yang Panjang
Sebenarnya tidak sepenuhnya seperti itu. Beberapa
wanita memang menyukai penis yang lebih panjang,
tapi sebagian besar wanita tak ambil pusing tentang
ukuran penis. Selama ini para pria berpikir penis
yang lebih panjang adalah penis yang lebih baik.
Menurut Peniswebsite, logika di atas mungkin muncul
karena pria menganggap penis yang panjang dan besar
akan memberikan kepuasan lebih terhadap wanita.

Logika ini memang tak sepenuhnya salah. Tapi ketika
berhubungan seks, wanita tak hanya mencari kepuasan
fisik semata. Para wanita juga mencari getaran
emosional, perasaan dicintai, merasa diperlakukan
spesial, dihargai, dan keintiman dengan partnernya.
Pernyataan ini bukanlah kecapan kata semata.
Kesimpulan ini diambil dari diskusi komunitas wanita
yang berlangsung di internet.

Mitos 3: Penis Besar Adalah Penis yang Baik
Dalam sebuah survey terhadap komunitas wanita,
Peniswebsite mengatakan wanita lebih menyukai
penis yang tebal ketimbang penis yang panjang.
Menurut beberapa wanita dalam survey ini, penis
yang panjang cenderung mengakibatkan rasa sakit
ketika sedang berhubungan seksual. Masih dari
survey yang sama, penis yang tidak terlampau
panjang namun tebal, lebih digemari karena mampu
menyentuh g-spot wanita yang berada sekitar
1 inci dari mulut vagina.

Mitos 4: Pria Lebih Perkasa Jika Punya Penis Besar
Sebenarnya yang membangun anggapan itu adalah para
pria sendiri. Tidak ada fakta apapun yang membuktikan
bahwa sifat jantan dan kelaki-lakian seorang pria
berhubungan dengan ukuran penisnya. Sifat-sifat yang
membuat pria lebih jantan dan dihargai wanita antara
lain, kemampuan untuk menjadi ayah bagi seorang anak,
kekuatan karakter untuk menjadi contoh yang baik bagi
keluarga dan masyarakat, kepedulian terhadap sekitar,
bisa membuat rencana hidup yang bermakna, dan kemampuan
untuk menetapkan pendiriandan idealisme hidup.
Hal-hal, seperti itulah yang akan membuat pria lebih
dihargai masyarakat dan disukai wanita ketimbang
hanya memiliki penis besar dan tidak memiliki
nilai-nilai tadi.

Mitos 5: Penis Besar Membuat Hubungan Seksual Lebih Lama
Hmm, sepertinya itu salah besar. Lama atau tidaknya
hubungan seksual tergantung oleh banyak hal. Ukuran penis
tidak termasuk salah satunya. Obat paling utama dari
ejakulasi dini adalah kepercayaan diri, hubungan yang
harmonis dengan pasangan, menghilangkan rasa takut
dan bersalah ketika berhubungan seksual, dan komunikasi
yang terbuka dengan pasangan.

Mitos 6: Penis Orang Asia Lebih Kecil
Mitos yang terakhir ini tidak sepenuhnya salah karena
pertumbuhan badan seseorang memang dipengaruhi oleh
faktor genetik. Rata-rata ukuran penis orang berkulit
hitam, lebih besar sekitar 1,5 sampai 3 cm dibanding
ras kulit putih (kaukasia). Sedangkan penis laki-laki
Asia, lebih kecil sekitar 1,5 sampai 3 cm dari ras
kulit putih. Ukuran testis masing-masing ras ini tentu
saja berbeda sebanding dengan ukuran penisnya. Tapi
perbedaan ini bukanlah tanpa sebab. Karena ternyata
perbandingan ukuran vagina wanita Asia juga lebih kecil
ketimbang ras lainnya.

Berikut ukuran rata-rata penis pria ketika ereksi
berdasarkan ras menurut
peniswebsite:
1. Oriental : Panjang 10,5-14 cm
Diameter 3,2 cm
2. Kaukasia : Panjang 14-15,5 cm
Diameter 4.8 cm
3. Kulit Hitam: Panjang 15,9-20,3 cm
Diameter 5 cm

Nah, kesimpulannya ukuran penis pria lebih banyak
dipusingkan oleh pria sendiri ketimbang wanita.
Hubungan suami-istri yang harmonis bukanlah ditentukan
oleh ukuran penis. Indahnya hubungan seks ditentukan
langsung oleh kreativitas dan komunikasi masing-masing
pasangan.(fta)



Wednesday, August 03, 2005

MENENTUKAN HARGA PROYEK DISAIN








Dalam dunia desain (khususnya dunia webdesign) banyak sekali cara menentukan harga sebuah desain yang diterapkan oleh perusahaan jasa desain ataupun freelance desainer. Ada yang memberikan harga per-paket, ada yang berdasarkan jumlah halaman, ada yang menentukan flat-price, ada pula yang menetukan berdasarkan rate per-jam atau per-hari.
Bagaimana sebuah kerja kreativitas dihargai? Sedemikian sulit-kah menentukan harga sebuah desain? Argumen apakah yang bisa diberikan seorang desainer dalam menentukan harga sebuah desain? Ini adalah masalah klasik dalam dunia desain, khususnya bagi para freelance desainer.

Perhitungan Harga Penawaran
Berdasarkan obrolan dengan sesama freelance desainer dan juga dari pengalaman, saya mencoba merumuskan bagaimana memberi harga pada sebuah hasil karya kreatif. Sebenarnya ini bukan rumus mutlak. Tapi paling tidak merupakan satu cara menentukan harga desain yang kira2 mungkin bisa diterapkan dan “cukup fair” yaitu dengan memakai formula:

HP = HT – (d x HT)

dimana: HT = [ R x W ] + K + M

HP = Harga penawaran sebuah desain atau project desain
HT = Harga total pekerjaan desain
R = Rate per-hari atau per-jam dari seorang desainer dimana 1 hari = 8 jam kerja
W = Estimasi waktu amanya pengerjaan desain/proyek
K = Harga konsep desain
M = Harga material desain.
d = prosentase potongan harga (discount) yang diberikan

Mengapa saya bilang “cukup fair”? Ini disebabkan karena dengan formula ini seorang desainer dituntut untuk bisa memberikan estimasi yang masuk akal dan cukup objektif akan hal2 seperti: seberapa objektif seorang desainer menilai skill desain dan pengalamannya, berapa lama sebuah pekerjaan bisa diselesaikan, berapa harga sebuah konsep desain atau perlu/tidaknya memberikan potongan harga kepada klien, dsb. Juga dikatakan "cukup fair" karena dengan menerapkan perhitungan ini, kedua belah pihak (desainer dan klien) diharapkan bisa melihat sisi objektif dari sebuah pekerjaan desain. Calon klien tidak merasa dibohongi dan di sisi lain desainer juga tidak merasa bekerja rodi. :D

Menentukan Variabel2 Formula.
1. Rate (R)
Rate adalah harga perhari atau perjam yang ditentukan pada kemampuan seorang desainer dalam mengerjakan pekerjaan2 desain. Besarnya bergantung pada skill yang dikuasai, pemahaman konsep desain, pengalaman, portfolio, kredibilitas klien yang pernah ditangani, dsb.

Singkatnya R bergantung pada pengalaman dan jam terbang seorang desainer. Sebagai contoh seorang desainer yang menguasai seabrek software desain mulai dari Photoshop sampai program 3D tercanggih, memiliki pemahaman konsep desain yang dibuktikan dengan portfolio yang ditunjukkan, pernah bekerja di perusahaan desain terkemuka, berpengalaman menangani klien2 “wah” seperti Nokia, BMW, dsb, bisa dikategorikan sebagai highly priced desainer dengan rate misalnya Rp. 2.000.000/hari. Sementara seorang lulusan sekolah desain yang baru memiliki 2-3 portfolio dari perusahaan2 kecil bisa dikategorikan sebagai pemula dengan rate sekitar Rp. 100.000/hari. Disini, seorang desainer dituntut untuk mampu mengestimasi “nilai jual” dirinya berdasarkan faktor2 tersebut.

R bisa dihitung perhari ataupun perjam. Mengapa? Beberapa desainer menentukan rate/hari dengan alasan kemudahan perhitungan. Desainer lain menerapkan rate/jam dengan alasan agar lebih gampang menghitung waktu untuk revisi. Sebenarnya ini sama saja. Seperti disebutkan di atas, 1 hari = 8 jam. Sekarang kembali kepada sang desainer untuk menghitung lamanya pengerjaan sebuah proyek desain dalam hitungan hari (agar lebih sederhana) atau dalam hitungan jam agar lebih detail.
Tetapi ada satu hal lain yang harus dipertimbangkan. Ada kalanya rate/jam sangat sulit diterima oleh klien di Indonesia. Di negara2 maju dimana pekerjaan desain sudah dihargai dengan baik, rate/jam mungkin bisa diterapkan dan diterima oleh calon klien. Ini karena profesi desainer sudah dianggap sejajarkan dengan pekerjaan jasa profesional lain seperti pengacara, dokter, dsb. Akan tetapi bila kita berbicara dalam ruang lingkup lokal, berdasarkan pengalaman saya, rate/jam sangat sulit untuk diterima oleh umumnya klien di Indonesia. Tapi bila seorang desainer merasa confident untuk menerapkan rate/jam untuk klien di Indonesia, well.. why not? ;)

2. Estimasi Lamanya Pengerjaan (W)
Estimasi lamanya waktu pengerjaan adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah desain/proyek desain. Berkaitan dengan rate (R), waktu bisa dihitung dalam satuan hari ataupun jam. Sebagai gambaran, jumlah waktu pengerjaan 1 (satu) halaman HTML tanpa programming tentu akan berbeda dengan jumlah waktu pengerjaan 1 (satu) halaman website full-flash.

Dalam menentukan jumlah hari ini desainer dituntut untuk reasonable dalam arti tidak mengada-ada dan masuk diakal. Sebagai contoh mengerjakan sebuah halaman HTML simpel tentu tidak akan memakan waktu sampai 7 hari (56 jam), bukan? BIla desainer menetapkan variabel Rate (R) dalam satuan hari, variabel H tidak harus bulat, ia bisa bernilai 0.5 (setengah hari = 4 jam) hari atau 0.25 (seperempat hari = 2 jam).

3. Harga Konsep Desain (K)
Yang agak rumit mungkin menentukan harga konsep desain. Akan tetapi kita bisa mengira2 seberapa original dan brilyan-nya sebuah konsep desain. Disinilah seorang desainer dituntut untuk bisa menguraikan konsep desain yang ia tawarkan. Bukan hanya terbatas pada ide dan tampilan visual semata, tapi juga mencakup hal2 lain seperti ‘look and feel’, tata letak (lay-out) yang baik, flow navigasi dan penempatan menu sebuah website, sitemap, pemilihan tagline, dsb.

Seorang teman desainer mengatakan bahwa ia juga menerapkan semacam perhitungan untuk menentukan harga K. Dalam kasus ini, harga K ditentukan dari berapa lama ia melakukan eksplorasi untuk mendapatkan ide dan menguraikannya menjadi sebuah konsep desain dengan kata lain K=Rk x Wk (rate desainer dikalikan jumlah waktu eksplorasi). Rumit? Mungkin terlihat rumit, tapi sekali lagi, di negara2 maju (kebetulan teman saya tersebut pernah bekerja di luar negeri dan baru kembali ke Indonesia), ini merupakan hal yang wajar dan bisa diterima oleh klien.

4. Prosentase Potongan Harga (d)
Mungkin terkesan aneh bila diterapkan potongan harga untuk sebuah desain/proyek desain. Akan tetapi hal ini perlu dipertimbangkan bila seorang desainer menghadapi kasus dimana calon klien merupakan sebuah perusahaan besar dan menurut perkiraan memungkinkan terbentuknya long term relationship dan kontinuitas proyek. Dengan menerapkan discount, desainer bisa memberi alasan “proyek perkenalan” dimana sebagai awal long term relationship, sebuah desain yang bagus diberi harga yang relatif murah. Bila memang tidak mau, desainer bisa memberi harga 0 (nol) untuk variabel ini.

5. Harga Material Desain (M)
Harga material desain adalah total harga pengadaan material untuk pekerjaan desain yang mencakup harga session fotografi, pembelian stock image, pembelian lisensi additional software, fee copywriting. dan lain2
Sekarang mari kita lihat variabel mana yang nilainya bersifat fleksibel dan variabel mana yang bernilai tetap. Harga W yang pasti nilainya bersifat fleksibel karena bergantung dari skala proyek desain yang dikerjakan. Harga M juga bersifat fleksibel karena bergantung dari harga pihak ketiga yang menyediakan material desain (copywriter, fotografer, harga stock image, dsb). Harga d juga bersifat fleksibel seperti telah diuraikan di atas.

Harga konsep (K) juga bersifat fleksibel. Masalahnya sekarang adalah cara menentukan harga tersebut. Seperti telah diuraikan di atas, ada beberapa desainer yang menetapkan nilai K dengan rumus K=Rk x Wk. Tapi ada juga desainer yang menetapkan nilai K tanpa menguraikannya seperti itu. K adalah sebuah nilai yang mencakup seluruh hal mulai dari eksplorasi, ide, konsep, dsb. Semata-mata karena pertimbangan kemudahan. Sebenarnya keduanya sama saja, itu hanyalah cara desainer untuk memberikan argumen yang tepat untuk harga sebuah kreativitas.

Bagaimana dengan variabel R?

Ada dua fenomena menarik. Beberapa desainer (dan juga agensi desain) mematok harga R tetap dengan alasan bahwa harga tersebut adalah standar profesionalisme mereka. Desainer dengan harga R tinggi harus bisa bekerja dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan desainer dengan harga R yang lebih rendah untuk sebuah hasil yang kualitasnya sama. Artinya klien yang menyewa desainer dengan R tinggi akan diuntungkan dengan waktu pengerjaan (W) yang lebih singkat/cepat bila dibandingkan dengan mempekerjakan desainer dengan harga R yang lebih rendah.

Disisi lain ada desainer yang lebih fleksibel dengan harga R yaitu dengan menentukan nilai R sesuai dengan kredibilitas ataupun skala perusahaan klien. Sebagai ilustrasi, desainer seperti ini memberikan nilai R yang tinggi kepada sebuah perusahaan multi-nasional yang memiliki aset milyaran dan memberi rate yang lebih rendah kepada perusahaan kecil berbudget rendah, misalnya.

Contoh berikut mungkin bisa lebih memperjelas:
Seorang desainer level menengah memberikan rate perhari sebesar Rp. 700.000/hari sesuai dengan skill, portfolio, pemahaman konsep dan pengalamannya kepada firma-hukum mid-size untuk mengerjakan website company profile.

Struktur tersebut akan diterapkan dalam halaman2 berbasis HTML dengan tambahan features animasi flash di frontpage-nya dan aplikasi backoffice untuk news update. Estimasi pengerjaannya adalah 10 hari. Tampilan visual, look and feel serta alur navigasi dari website yang akan dibuat sangat sesuai dengan corporate image dari firma-hukum tersebut yang dibuktikan dengan mock-up yang telah dibuat. Untuk itu si desainer memberikan harga Rp. 3.000.000. Stok foto dan text untuk website disediakan oleh client, sehingga harga material = 0 (nol). Desainer tersebut memutuskan memberikan discount sebesar 10% dari harga total dengan pertimbangan akan terjalin long term relationship dimana firma hukum tersebut nantinya mungkin juga akan membuat aplikasi intranet, dsb.

Dalam kasus ini, harga penawaran adalah sebesar:

HT= (700.000 x 10) + 3.000.000 + 0= 10.000.000
HP= 10.000.000 – (10% x 10.000.000)= 9.000.000

Jadi, harga penawaran yang diajukan adalah sebesar Rp. 9.000.000. Bila ternyata calon klien melakukan bargaining, desainer bisa bertahan dengan memberikan argumen bahwa secara konsep, desain tersebut sangat cocok dengan corporate image perusahaan atau effort yang dikeluarkan untuk pengerjaan proyek memang cukup besar.

Kemungkinan besar, calon klien akan bersikeras melakukan bargaining terhadap harga2 variabel2 tersebut. Disini, desainer bisa memperkecil harga penawaran dengan menurunkan harga rate per-hari menjadi Rp. 650.000 misalnya, sehingga manjadi:

HT= (650.000 x 10) + 3.000.000 + 0 = 9.500.000
HP= 9.500.000 – (10% x 9.500.000) = 8.550.000

atau memperbesar prosentase discount menjadi 15%:

HT= (700.000 x 10) + 3.000.000 + 0 = 10.000.000
HP= = 10.000.000 – (15% x 10.000.000) = 8.500.000

Dalam contoh tersebut bisa dilihat bahwa sang desainer melakukan bargaining dengan menerapkan harga R yang fleksibel dengan tidak mengurangi waktu pengerjaan (W) berdasarkan pertimbangan2 tertentu misalnya load pekerjaan yang tinggi, dsb. Sementara desainer yang menetapkan fix rate R bargaining mungkin bisa dilakukan dengan memberikan discount atau mengurangi waktu kerja (W)

Formula tersebut saya rasa cukup general dan bisa dipakai untuk menentukan harga pekerjaan desain lainnya dan tidak terbatas hanya pekerjaan webdesign. Sebagai contoh misalnya adalah desain poster seperti Matrix Revolution di atas. Secara teknis pengerjaan poster tersebut mungkin bisa dikategorikan sebagai mudah dan dapat diselesaikan dalam 1 hari saja. Akan tetapi dengan client sekelas Warnerbros, desainer bisa menetapkan rate per-hari (R) yang cukup tinggi. Ditambah lagi dengan konsep desain yang original dan brilyan yang dilengkapi dengan tagline "Everything That Has a Beginning Has an End" mungkin variabel K bisa dihargai jutaan dollar.

Formula tersebut saya rasa cukup general dan bisa dipakai untuk menentukan harga pekerjaan desain lainnya dan tidak terbatas hanya pekerjaan webdesign. Sebagai contoh misalnya adalah desain poster seperti Matrix Revolution di atas.


Secara teknis pengerjaan poster tersebut mungkin bisa dikategorikan sebagai mudah dan dapat diselesaikan dalam 1 hari saja. Akan tetapi dengan client sekelas Warnerbros, desainer bisa menetapkan rate per-hari (R) yang cukup tinggi. Ditambah lagi dengan konsep desain yang original dan brilyan yang dilengkapi dengan tagline "Everything That Has a Beginning Has an End" mungkin variabel K bisa dihargai jutaan dollar.

Contoh diatas adalah dalam kasus programming atau actionscripting dilakukan oleh satu orang desainer yang sama. Namun formula ini juga bisa diterapkan untuk pekerjaan dimana programming atau flash actionscripting dilakukan oleh orang2 yangberbeda. Jadi bila sebuah desain website misalnya menyangkut juga pembuatan basis-data, programming dan actionscripting, harga penawaran adalah akumulasi dari harga yang diajukan tiap2 team member yang terlibat di dalam pekerjaan tersebut.

Formula di atas bukanlah sebuah hal mutlak. Mungkin ada beragam cara penentuan harga desain yang lain. Ini hanyalah salah satu cara dan penerapannya juga kembali kepada desainer yang besangkutan. Satu hal yang pasti, formula ini juga tidak akan menjamin diperolehnya sebuah pekerjaan/proyek desain? :) Harus dibedakan disini antara menentukan harga desain dengan mendapatkan proyek desain. Deal akan sebuah pekerjaan desain bergantung dari banyak faktor lain seperti relasi, tipe client, budget, kualitas desain, dsb. Tidak ada jaminan bahwa dengan menerapkan formula ini sebuah proyek desain pasti akan diperoleh. Akan tetapi, minimal seorang desainer memiliki dasar untuk menentukan harga sebuah desain dan tidak hanya bisa bergumam sambil berkeringat dingin bila sang klien mempertanyakan dasar penentuan harga desain yang ia tawarkan. :)

Tuesday, August 02, 2005

BEAUTIFUL CAPOEIRA

Parana ue Parana ue

Vou dizer a minha mulher Parana

Capoeira me venceu Parana

Parana ue Parana ue, Parana

………………
Zum zum zum capoeira mata um
Zum zum zum capoeira mata um
Onde tem marimbondo
)
Tem zum zum zum

Pernah dengar sekelompok orang membentuk sebuah lingkaran sambil mendendangkan syair lagu di atas? Jangan takut, mereka bukanlah sekelompok orang yang tengah melakukan pemujaan melainkan para capoeiresta yang tengah beraksi Capoeira. Capoeira….. apaan tuh??

Capoeira adalah sebuah tradisi masyarakat Brazil yang merupakan gabungan harmonisasi dari seni tari, musik, gerak, bela diri dan juga olahraga. Meski merupakan gabungan dari banyak seni, Capoeira dianggap sebagai aliran beladiri yang kini kembali digandrungi masyarakat Indonesia. Capoeira dapat dikuasai sejak usia masih sangat dini, 4 tahun hingga usia tak terbatas.

Untuk menjadi capoerista, tidak cukup hanya menguasai seni gerak tubuh. Ia juga harus mempelajari sejarah, filosofi serta menguasai lagu-lagu dan belajar alat musik tradisional Capoeira.

Alat musik tradisonal Capoeira biasa disebut berimbau. Berbentuk mirip busur panah dari kayu dan kawat ditunjang cabaca, semacam labu yang telah dikeringkan. Alat musik inilah yang mendatangkan ritme yang dinamis saat menjadi pengiring lagu-lagu Capoeira. Dan ini dilakukan saat setiap kelompok beraksi maupun berlatih Capoeira, dari Indoensia hingga pantai-pantai indah di Brazil.

Ada beberapa jenis lagu Capoeira, Ladainha yang berisi doa atau cerita; Guadras yang terdiri dari empat syair yang dinyanyikan solis dan diulangi oleh chorus serta Corridos terdiri dari satu atau dua syair yang dinyanyikan solis dan diulangi oleh chorus ataw bersama-sama.

Solis atau penyanyi utama biasanya merupakan instruktur atau pemimpin dari kelompok Capoeira dengan chorus yang terdiri dari para peserta. Biasanya mereka membentuk lingkaran dan kemudian melakukan gerakan spontan secara bergantian. Setiap peserta maju ke tengah lingkaran melakukan gerakan tendangan melingkar atau menghindar. Peserta lainnya kemudian maju mengantisipasi gerakan dengan menghindari gerakan "menyerang" lawan. Apabila salah mengantispasi, maka peserta yang "terkena" serangan tersebut harus mundur. Selama dua peserta melakukan tukar menukar gerakan, para peserta lingkaran lainnya mengiringi dengan nyanyian.

Sejarah Capoeira

Ada tiga teori mengenai kelahiran Capoeira di Brazil. Ada yang menganggap ia merupakan kebudayaan jadi yang dibawa para budak dari Afrika. Teori kedua menganggap capoeira dikembangkan dari kebudayaan asli Afrika oleh budak-budak Afrika di daerah pedalaman Brazil, sementara teori ketiga menyebutkan capoeira lahir sebagai kebudayaan baru di salah satu pusat perkotaan Brazil.

Sintesis tarian, seni beladiri dan seni musik dari pelbagai bangsa Afrika itu secara perlahan kemudian menyatu dalam bentuk Capoeira. Pada masa sebelum perbudakan dihapus di Brazil, capoeira dan kebudayaan-kebudayaan ekspresif lainnya dari Afrika diharap jadi semacam media bagi para budak asal Afrika dalam menghadapi tekanan para tuan tanah.

Namun pada awal abad 19, hal-hal yang dianggap berbau kebudayaan Afrika dilarang. Baru pada 1930-an. Capoeira kemudian dikembangkan lagi oleh dua tokoh yaitu Manuel dos Reis machado atau Mestre Bimba dan Vicente Ferreira Pastinha atau Mestre pastinha. Mestre adalah sebutan buat mereka yang dianggap berpengalaman puluhan tahun dengan ilmu capoeira. Mestre Bimba mau pun Mestre Pastinha dianggap berjasa terhadap kelestraian dan pengembangan capeoira karena kegigihan mereka untuk mengesploasri seni gerak dan olahraga ini, mengabadikannya dalam bentuk pendirian lembaga pendidikan dan menyebarkannya hingga keluar Brazil.

Mereka yang pernah belajar ilmu capoeira di Brazil kemudian merantau ke luar negeri dan menyebarkan ilmu tersebut. Mereka yang memiliki keterikatan secara historis dan organisatoris kemudian mendirikan lembaga-lembaga formal capoeira yang tetap berafiliasi ke negeri asalnya. **